KURUS TETAPI BUNCIT LEBIH BERESIKO SAKIT JANTUNG
00:59
Unknown
, Posted in
kesehatan
,
0 Comments
Kurus tetapi Buncit Lebih Berisiko Sakit Jantung
Kurus tetapi punya banyak lemak ternyata membahayakan, apalagi jika lemak itu ada di bagian perut.
Sebuah hasil studi baru yang diterbitkan di jurnal Annals of Internal Medicine
menunjukkan, mereka yang punya berat badan normal tetapi berperut
buncit memiliki risiko lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan
mereka yang gemuk merata atau obesitas
Untuk mendapatkan penemuan ini, periset melihat hasil survei terhadap 15.184 orang dewasa dengan usia 18-90 tahun. Data dari mereka yang terlibat dalam studi itu dipantau selama 14 tahun untuk melihat bagaimana tinggi memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang punya indeks massa tubuh tinggi, tetapi dengan persebaran lemak merata.
Kendati studi ini tidak ditujukan untuk mencari tahu alasan terjadinya hal tersebut, peneliti berspekulasi bahwa penyebabnya adalah lemak yang disimpan di perut atau visceral. Lemak visceral lebih berbahaya dibandingkan lemak di bawah kulit.
Lemak perut ini dapat menyebabkan resistensi insulin serta peradangan. Itu sebabnya orang-orang dengan lemak visceral berisiko tinggi terkena masalah jantung dan masalah lain yang meningkatkan risiko kematian.
"Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh memiliki banyak lemak di bawah kulit di sekitar pinggul dan kaki yang berhubungan dengan profil metabolik yang lebih sehat. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka bertahan hidup lebih baik di kalangan orang-orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas, bahkan di kalangan yang gemuk di perut," tulis peneliti studi tersebut.
Penemuan mengejutkan ini menambah seru perdebatan mengenai paradoks obesitas. Dalam hal ini, orang yang obesitas, dalam beberapa kasus, hidup lebih lama dibandingkan orang yang lebih langsing. Adapun dalam riset lain, beberapa orang yang tak tampak gemuk dan memiliki indeks massa tubuh normal dapat memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Namun, penemuan ini tidak berarti orang kegemukan lebih sehat dibandingkan dengan orang berberat badan normal. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko penyakit jantung dan diabetes. Penelitian ini menunjukkan saran agar mereka yang berberat badan normal tetapi berperut buncit untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.
"Penemuan kami memiliki implikasi klinis bermakna karena orang dengan berat badan normal dan berperut buncit sering tidak dianggap kurang penting dalam program pencegahan penyakit," demikian dituliskan dalam hasil penelitian itu.
Tim dalam studi itu juga menggarisbawahi pemikiran bahwa indeks massa tubuh punya kelemahan, kendati berguna dalam banyak hal. Banyak peneliti menunjukkan bahwa indeks itu tidak membedakan lemak dan otot. Padahal, otot lebih berat daripada lemak. Indeks itu juga tidak menghitung di mana seseorang menyimpan lemak mereka. Dalam studi ini, peneliti melihat indeks massa tubuh dan rasio pinggang ke pinggul.
"Untuk menemukan orang berisiko tinggi secara lebih baik, seperti mereka yang kelebihan kadar adiposity atau mereka yang punya lemak perut dalam kaitan dengan indeks massa tubuh, data baru ini memberikan bukti bahwa para dokter harus melihat lebih jauh dari sekadar indeks massa tubuh," tulis dr Paul Poirier dari Universite Laval di Quebec, Kanada, dalam editorialnya.
Masih diperlukan lebih banyak riset untuk mengenali faktor-faktor yang menyebabkan pembentukan lemak perut pada orang berberat badan normal dan kaitannya untuk mendapatkan tubuh sehat. Sementara itu, peneliti berargumen, kombinasi penggunaan indeks massa tubuh dan alat pengukuran lain untuk mengukur lemak di perut patut dipertimbangkan.
Untuk mendapatkan penemuan ini, periset melihat hasil survei terhadap 15.184 orang dewasa dengan usia 18-90 tahun. Data dari mereka yang terlibat dalam studi itu dipantau selama 14 tahun untuk melihat bagaimana tinggi memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang punya indeks massa tubuh tinggi, tetapi dengan persebaran lemak merata.
Kendati studi ini tidak ditujukan untuk mencari tahu alasan terjadinya hal tersebut, peneliti berspekulasi bahwa penyebabnya adalah lemak yang disimpan di perut atau visceral. Lemak visceral lebih berbahaya dibandingkan lemak di bawah kulit.
Lemak perut ini dapat menyebabkan resistensi insulin serta peradangan. Itu sebabnya orang-orang dengan lemak visceral berisiko tinggi terkena masalah jantung dan masalah lain yang meningkatkan risiko kematian.
"Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh memiliki banyak lemak di bawah kulit di sekitar pinggul dan kaki yang berhubungan dengan profil metabolik yang lebih sehat. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka bertahan hidup lebih baik di kalangan orang-orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas, bahkan di kalangan yang gemuk di perut," tulis peneliti studi tersebut.
Penemuan mengejutkan ini menambah seru perdebatan mengenai paradoks obesitas. Dalam hal ini, orang yang obesitas, dalam beberapa kasus, hidup lebih lama dibandingkan orang yang lebih langsing. Adapun dalam riset lain, beberapa orang yang tak tampak gemuk dan memiliki indeks massa tubuh normal dapat memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Namun, penemuan ini tidak berarti orang kegemukan lebih sehat dibandingkan dengan orang berberat badan normal. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko penyakit jantung dan diabetes. Penelitian ini menunjukkan saran agar mereka yang berberat badan normal tetapi berperut buncit untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.
"Penemuan kami memiliki implikasi klinis bermakna karena orang dengan berat badan normal dan berperut buncit sering tidak dianggap kurang penting dalam program pencegahan penyakit," demikian dituliskan dalam hasil penelitian itu.
Tim dalam studi itu juga menggarisbawahi pemikiran bahwa indeks massa tubuh punya kelemahan, kendati berguna dalam banyak hal. Banyak peneliti menunjukkan bahwa indeks itu tidak membedakan lemak dan otot. Padahal, otot lebih berat daripada lemak. Indeks itu juga tidak menghitung di mana seseorang menyimpan lemak mereka. Dalam studi ini, peneliti melihat indeks massa tubuh dan rasio pinggang ke pinggul.
"Untuk menemukan orang berisiko tinggi secara lebih baik, seperti mereka yang kelebihan kadar adiposity atau mereka yang punya lemak perut dalam kaitan dengan indeks massa tubuh, data baru ini memberikan bukti bahwa para dokter harus melihat lebih jauh dari sekadar indeks massa tubuh," tulis dr Paul Poirier dari Universite Laval di Quebec, Kanada, dalam editorialnya.
Masih diperlukan lebih banyak riset untuk mengenali faktor-faktor yang menyebabkan pembentukan lemak perut pada orang berberat badan normal dan kaitannya untuk mendapatkan tubuh sehat. Sementara itu, peneliti berargumen, kombinasi penggunaan indeks massa tubuh dan alat pengukuran lain untuk mengukur lemak di perut patut dipertimbangkan.
0 Response to "KURUS TETAPI BUNCIT LEBIH BERESIKO SAKIT JANTUNG"
Post a Comment